Jumat, 08 Januari 2010

Agar Anak Mencintai Ilmu


"Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu pada waktu kecil adalah seperti memahat batu, sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu ketika dewasa adalah seperti menulis di atas air. (HR ath-Thabrani dari Abu Darda' ra.).

Dalam sejarah, tidak ditemukan suatu agama yang mendorong pemeluk-nya untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak seperti Islam. Islam menjadikan seorang Muslim memiliki antusiasme yang sangat tinggi untuk belajar dan mengajar. Antusiasme inilah yang menjadikan mereka sangat isimewa sepanjang sejarahnya yang panjang. Apalagi bagi mereka, menuntut ilmu adalah ibadah yang paling utama, yang bisa dijadikan media untuk mendekatkan diri kepada Alllah.

"Masa kanak-kanak merupakan fase yang paling subur untuk melakukan pembinaan keilmuan dan pemikiran. Pada masa ini daya tangkap dan daya serap otak mereka berada pada kemampuan maksimal"
; dada mereka lebih longgar dan lebih hapal terhadap apa yang mereka dengar. Abu Hurairah ra. meriwayatkan secara marfû', bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya):
Siapa yang mempelajari al-Quran ketika masih muda, maka al-Quran itu akan menyatu dengan daging dan darahnya. Siapa yang mempelajarinya ketika dewasa, sedangkan ilmu itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka ia mendapatkan pahala dua kali. (HR al-Baihaqi, ad-Dailami, dan al-Hakim).

Agar para orangtua dapat mengarahkan anak melangkah menuju ilmu, belajar, serta mencintai ilmu dan ulama, ada beberapa hal penting yang harus ditempuh:

1. Tanamkan bahwa menuntut ilmu adalah perintah Allah Swt.

Kecintaan anak kepada Allah, yang seyogyanya sudah terlebih dulu ditanamkan, akan memunculkan ketaatan pada perintah-Nya dan takut akan azab-Nya, termasuk dalam menuntut ilmu. Cinta dan takut kepada Allah akan memunculkan sikap konsisten dalam mencari ilmu tanpa bosan dan dihinggapi rasa putus asa.

2. Tanamkan bahwa al-Quran adalah sumber kebenaran.

Al-Quran sebagai sumber kebenaran (QS al-Maidah [5]: 48) sejak awal harus disampaikan oleh orangtua kepada anak. Semua yang benar menurut al-Quran itulah yang harus dan boleh dilakukan. Ini memerlukan keteladanan orangtua. Dengan begitu, anak akan melihat realisasi al-Quran sebagai sumber kebenaran dalam setiap perilaku orangtuanya. Begitu pula ketika menilai suatu keburukan, semuanya dinilai dengan standar al-Quran.

3. Ajarkan metode belajar yang benar menurut Islam.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan dalam kitab As-Syakhshiyah al-Islâmiyyah jilid 1, bahwa Islam mengajarkan metode belajar yang benar, yaitu:
1. Mempelajari sesuatu dengan mendalam hingga dipahami apa yang dipelajari dengan benar.
2. Meyakini ilmu yang sedang dipelajari hingga bisa dijadikan dasar untuk berbuat.
3. Sesuatu yang dipelajari bersifat praktis, bukan sekadar teoretis, hingga dapat menyelesaikan suatu masalah.

Dalam mempelajari alam semesta, misalnya, dikatakan secara teoretis bahwa bulan mengelilingi bumi. Untuk menjadikannya sebagai pemahaman yang mendalam haruslah anak diajak melihat fakta bulan, yang dari hari ke hari berubah bentuk dan besarnya. Dengan demikian, anak pun menjadi yakin bahwa perubahan tanggal setiap harinya adalah karena peredaran bulan. Dengan begitu, ia dapat mengetahui bahwa menentukan tanggal satu Ramadhan, misalnya, adalah dengan melihat bulan.

4. Memilihkan guru dan sekolah yang baik bagi anak.

Guru adalah cermin yang dilihat oleh anak sehingga akan membekas di dalam jiwa dan pikiran mereka. Guru adalah sumber pengambilan ilmu. Para Sahabat dan Salaf ash-Shâlih sangat serius di dalam memilih guru yang baik bagi anak-anak mereka.

Ibnu Sina dalam kitabnya, As-Siyâsah, mengatakan, "Seyogyanya seorang anak itu dididik oleh seorang guru yang mempunyai kecerdasan dan agama, piawai dalam membina akhlak, cakap dalam mengatur anak, jauh dari sifat ringan tangan dan dengki, dan tidak kasar di hadapan muridnya. "

Imam Mawardi (dalam Nashîhah al-Mulûk hlm. 172) menegaskan urgensi memilih guru yang baik dengan mengatakan, "Wajib bersungguh-sungguh di dalam memilihkan guru dan pendidik bagi anak, seperti kesungguhan di dalam memilihkan ibu dan ibu susuan baginya, bahkan lebih dari itu. Seorang anak akan mengambil akhlak, gerak-gerik, adab dan kebiasaan dari gurunya melebihi yang diambil dari orangtuanya sendiri. "

Begitupun memilihkan sekolah yang baik yang di dalamnya diajarkan hal-hal yang tidak bertentangan dengan agama, apalagi yang merusak akidah anak-anak Muslim. Banyak orangtua memilih sekolah untuk anaknya sekadar agar anak dapat memperoleh ilmu dan prestasi yang bagus, tetapi lupa akan perkembangan kekokohan akidah dan akhlaknya.

Namun demikian, tentulah guru yang paling pertama dan utama adalah orangtuanya, dan sekolah yang paling pertama dan utama adalah rumah tempat tinggalnya bersama orangtua.

5. Mengajari anak untuk memuliakan para ulama.

Abu Umamah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya): Ada tiga manusia, tidak ada yang meremehkan mereka kecuali orang munafik. Mereka adalah orangtua, ulama, dan pemimpin yang adil. (HR ath-Thabrani).

Ulama adalah pewaris para nabi. Memuliakan dan menghormati mereka, bersikap santun dan lembut di dalam bergaul dengan mereka, adalah di antara adab yang harus dibiasakan sejak kanak-kanak. Memuliakan ulama menjadikan anak akan memuliakan ilmu yang diterimanya, yang dengannya Allah menghidupkan hati seseorang. Abu Umamah ra. juga menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda (yang artinya):
Sesungguhnya Luqman berkata kepada putranya, "Wahai anakku, engkau harus duduk dekat dengan ulama. Dengarkanlah perkataan para ahli hikmah, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang mati dengan hujan deras." (HR ath-Thabrani).

6. Membiasakan seluruh keluarga membaca dan menghapal ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi saw.

Dalam membina akidah anak, mengajarkan al-Quran dan Hadis Nabi saw. adalah hal yang utama dalam membentuk mentalitas anak. Keduanya merupakan sumber untuk menghidupkan ilmu yang akan menyinari dan menguatkan akal. Para Sahabat ra. sangat berambisi sekali mengikat anak-anak mereka dengan al-Quran. Anas bin Malik ra., setiap kali mengkhatamkan al-Quran, mengumpul-kan istri dan anak-anaknya, lalu berdoa untuk kebaikan mereka.

Pada masa Rasulullah saw. masih hidup, Ibnu Abbas ra. telah hapal al-Quran pada usia sepuluh tahun. Imam Syafii rahimahullâh telah hapal al-Quran pada usia tujuh tahun. Imam al-Bukhari mulai menghapal hadis ketika duduk dibangku madrasah dan mengarang kitab At-Târîkh pada usia 18 tahun.

7. Membuat perpustakaan rumah, sekalipun sederhana.

Mempelajari ilmu tak akan lepas dari kitab ataupun buku-buku sebagai media referensi yang senantiasa akan memenuhi kebutuhan ilmu. Keberadaan perpustakaan rumah menjadi hal yang sangat penting untuk mengkondisikan anak-anak seantiasa dekat dengan ilmu dan bersahabat dengan kitab-kitab ilmu.

Imam asy-Syahid Hasan al-Banna dalam Risâlah-nya, Sarana Paling Efektif dalam Mendidik Generasi Muda dengan Pendidikan Islam yang Murni, mengatakan, "Adalah sangat penting adanya perpustakaan di dalam rumah, sekalipun sederhana. Koleksi bukunya dipilihkan dari buku-buku sejarah Islam, biografi Salafus Shâlih, buku-buku akhlak, hikmah, kisah perjalanan para ulama ke berbagai negeri, kisah-kisah penaklukan berbagai negeri, dan semisalnya …"

8. Mengajak anak menghadiri majelis-majelis kaum dewasa.

Nabi saw. pernah menceritakan bahwa beliau ketika masih kecil juga turut menghadiri majelis-majelis kaum dewasa. Beliau mengatakan:
"Aku biasa menghadiri pertemuan-pertemuan para pemuka kaum bersama paman-pamanku…." (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dengan sanad sahih dalam Musnad-nya [2/157] dan oleh Ahmad [1/190]).

Dengan membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, akalnya akan meningkat, jiwanya akan terdidik, semangat dan kecintaannya kepada ilmu akan semakin kuat. Wallâhu a'lam bi ash-shawâb. []

---------------------------
Oleh: Rasyidah Munir
Rabu, 1 Februari 2006
http://hizbut-tahrir.or.id/main.php?page=alwaie&id=170&print=1

masya ... masya ... masya ...



masya ... masya ... masya ...
itu salah satu kata terbaru alifa hihi.
saya perkenalkan kata 'sama' padanya, ternyata yang terucap malah 'masya'. saya bilang "alifa, boneka nya sama ya" dan dia bilang "masya" "sama sayang sa..ma.."saya pertegas dan dia juga tak kalah mempertegas "ma...sya.." hmm knp ya? padahal saya berbicara tidak terlalu cepat/terlalu lambat. tapi saya terus mengulang kata2 yg benar. toh kata2 lain yg sebelumnya sukar dia ucapkan, sekarang sudah di ucapkan dgn sangat jelas.

suatu malam saat ayahnya didepan komputer, seperti biasa dia selalu nimbrung (calon programer x ya;P). ayahnya sepert sudah paham menyingkirkan dl pekerjaannya lalu membuka youtube lagu2 anak, trus dia juga membuka google-gambar dia tampilkan gambar po-kungfu panda. tiba2 alifa "masya...masya...masya" dengan hebohnya sambil berjalan kesana kemari, menunjuk sana sini dan terus terucap masya dari mulutnya. saya pikir mau apa dia ya. dan saya tanya kenapa padanya. ternyata dia mengambil DVD kungfu panda yang bertumpuk dengan DVD brainybaby miliknya. ayahnya kaget dan kamipun bertepuk tangan "hore, iya sayang sama. anak hebat"kata ayahnya. akhirnya malam itu menjadi malam yg ceria untuk belajar persamaan hihi. berbagai benda ayahnya tampilkan di komputer dan dia terus menunjukkan benda aslinya. subhanalloh, ALLOH maha hebat yang telah menciptakan makhluk yg hebat. tinggal bagaimana cara kita melejitkannya atau bahkan memupusnya. hmm saya pilih yang pertama hehe..

saya jadi ingat saat dulu menjadi pengajar anak2. suatu kali ada pelajaran tentang persamaan, ada anak yg sulit sekali tapi ada juga anak yg dengan mudah menjawab. hmm jadi tambah semangat ni menstimulasi alifa ... ayo bunda, mamah, ibu, umi, semangat ya dan para ayah, papah, bapak, abi ayo bantu biar putra putri nya jauh lebih hebat, soleh-solehah, cerdas.

*060110 love U much baby

"masyaALLOH kok ga bisa diem sih...."


"masyaALLOH kok ga bisa diem sih...." hihiihi sepertinya itu kata2 menjadi favorit keluargaku 2 pekan kemarin. pasalnya, anakku yg lucu sedang sangat aktif2nya.

sebelum mudik akhir oktober kemarin, alifa memang sudah lebih aktif.mulai sering ingin berjalan2 keluar, kalau naik motor inginnya berdiri, semua barang dibongkar2 ingin tau itu apa. dan ketika sampai di bandung, yg memang lebih banyak orang, dia jadi lebih aktif dan sedikit agresif. kata2 lebih banyak keluar.yang sebelumnya sudah pernah diinformasikan, ternyata keluar dengan sendirinya. meniru kata2 yang diucapkan orang2. bergerak berkeliling2 halaman sambil merentangkan tangan dan berteriak2. mendorong anak lain saat mainannya diambil.menari2 lebih heboh dari biasanya saat mendengarkan musik.hehehe ateunya sampai bilang "subhanALLOH sekali kamu alibo...t"

orang2 bilang anaknya ga bisa diem, centil, galak, licin kayak belut, dll. hihihi.
saya sih cenderung diam, sementara itu tidak membahayakan buat dia.tapi orang sekitar yg melihat ributnya bukan main. awas nanti jatuh, kejedut, dll.

sekarang baru tersadar, ALHAMDULILLAH YA ALLOH ENGKAU memberikan anakku kesehatan, aktif, cepat menerima informasi dengan baik. momen ini akan sangat baik jika aku manfaatkan untuk lebih menstimulasi dia. seperti halnya yg dulu aku lakukan pada anak2 muridku. dan satu lagi habit baru dia, dia sangat suka aku bacakan buku atau aku ceritakan sesuatu. YA ALLOH beri hamba semangat untuk selalu bisa memberikan informasi apapun yang baik untuk putriku ini...amin